Wednesday 6 May 2009

Pesta Pujian PPK 2009




























Terima kasih untuk kerjasama dan komitmen kepada semua Sahabat2 PPK atas kejayaan melaksankan Pesta Pujian PPK yang mendapat sambutan diluar dugaan, ada 184 yang hadir, 80 berdoa "Menerima Hidup Baru", 86 mahu dibimbing dan 18 mahu terlibat dalam pelayanan PPK.

Pujian, Hormat dan Kemuliaan hanya kepada Tuhan...

Terima kasih juga kepada para guru, pendoa syafaat, penyumbang dan rakan-rakan yang bertungkus lumus menjayakan program ini.

Tuhan Memberkati kita semua, amin!...

Tuesday 5 May 2009

“Seorang wanita yang setia, cakap, baik hati, murah hati, suka bekerja keras, takut akan Tuhan dan memiliki kecantikan yang abadi…”

Oleh: Jessica Santoso

Ketika aku membacakan hal ini pada sahabat karibku Jennifer, ia langsung tertawa sambil bertanya apakah aku sedang membaca iklan mencari jodoh di koran. Aku tersenyum simpul dan berkata “Tidak Jen, ini adalah gambaran tentang wanita ideal yang ditulis oleh seorang raja di Amsal 31.”

Pada awalnya Jen dan aku cukup terintimidasi ketika membaca pasal ini. Wanita di Amsal 31 ini tampaknya lebih merupakan fantasi daripada kenyataan. Seorang pendeta memberitahu bahwa kitab Amsal merupakan kumpulan nasihat bijaksana yang diberikan oleh para orang-tua Yahudi pada anak-anak mereka - dan pasal 31 merupakan instruksi yang diberikan seorang ibu kepada anak laki-lakinya, seorang pangeran muda yang pada suatu hari akan menjadi raja. Ibu ini tidak cuma mengajarkan bagaimana caranya menjadi raja yang takut akan Tuhan, tapi juga yang bijaksana, terutama ketika hendak mencari istri.

Setelah merenungkannya, aku berpikir bahwa jika ibu tersebut bisa menggambarkan wanita seperti itu pada anaknya, berarti wanita semacam ini merupakan sosok nyata yang betul-betul ada. Bukankah Amsal 19:14 juga mengatakan “istri yang berakal budi adalah karunia Tuhan” dan Ruth 3:11 menggambarkan Ruth sebagai wanita yang bijaksana. Karena itu aku yakin bahwa aku dan para wanita lain yang hidup di jaman modern ini bisa ikut belajar bagaimana menjadi wanita seperti yang digambarkan dalam Amsal 31.

Oya, satu hal lagi yang membuatku suka dengan pasal ini adalah karena Amsal 31 tetap relevan bagi wanita lajang sepertiku, dan tidak cuma bagi para istri atau ibu rumah tangga. Soalnya, kualitas karakter yang dinyatakan dalam Amsal 31 adalah apa yang Tuhan ingin setiap wanita Kristen miliki dan bukan cuma buat mereka yang menikah saja. Berikut ini adalah pembahasan yang lebih detil dari karakter seorang wanita ideal supaya pembaca getLIFE! bisa lebih memahami Amsal 31.


1. Setia dan dapat dipercaya

Amsal 31:10 berkata, “Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.” Alkitab membandingkan wanita semacam itu dengan permata karena memang wanita semacam ini jarang ada. Salah satu kualitas yang membuatnya sangat jarang dan berharga adalah karena ia dapat dipercaya (trustworthy). Ayat 11 mengatakan bahwa “Hati suaminya percaya kepadanya”, sehingga sang suami tidak perlu kuatir, takut, ataupun curiga terhadapnya.

Adanya kepercayaan ini menyebabkan sang suami dapat bekerja dengan lebih baik dan fokus. Ayat 23 memberitahu kita bahwa “Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri.” Rupanya suami wanita ini dikenal sebagai seseorang yang berpengaruh dan dihormati dalam komunitasnya. Ia mampu untuk naik ke posisi yang tinggi akibat bantuan istrinya. Aku pernah mendengar suatu pribahasa yg mengatakan “dibalik setiap pria yang hebat, terdapat seorang wanita yang luar biasa.” Karakter seorang wanita memang dapat menolong seorang suami agar bisa berdampak pada masyarakat luas. Aku bersyukur karena Tuhan memberkatiku dengan memberikan seorang ibu yang memiliki karakter ini. Selama aku hidup, aku selalu memperhatikan kesetiaan dan dukungannya pada ayahku. Ia tetap setia pada janji pernikahannya selama 36 tahun mereka menikah. Karena ayah dapat mempercayai ibu dengan sepenuh hatinya, ayah pun menjadi seorang suami dan ayah yang lebih baik.

Dalam hidupku sebagai lajang, aku melihat bahwa karakter ‘dapat dipercaya’ ini bisa diaplikasikan dalam dua bidang utama di hidupku, yaitu kata-kataku dan pekerjaanku. Dengan bantuan Tuhan, aku berusaha untuk menjadi seseorang yang dapat dipercaya. Ini berarti ketika aku berkata ‘ya’, itu harus benar-benar berarti ‘ya’ – dan ketika aku berkata ‘tidak’, itu harus benar-benar berarti ‘tidak’ (Matius 5:37).


2. Kebaikan Hati

Karakter kedua yang disebut dalam Amsal 31 adalah ‘kebaikan hati’. Ayat 12 mengatakan “ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.” Ini berarti, wanita ini tidak suka bergosip-ria atau menyebarkan rahasia-rahasia memalukan dari suaminya kepada teman-temannya, tetangganya, bahkan anak-anaknya. Ia mendorong suaminya untuk melaksanakan berbagai aspirasi serta impiannya – dan ia memuji suaminya dengan tulus hati. Ia menggunakan kata-kata yang membangun dan bukan menjatuhkan. Hal yang sama bisa dilakukan juga oleh seorang wanita lajang pada teman-teman, keluarga dan rekan kerjanya.

Dikatakan juga bahwa kebaikan-hatinya ini tidak cuma sementara, tapi dilakukan sepanjang hidupnya. Ini jelas merupakan komitmen jangka panjang yang berat, karena perlu dilakukan pada saat suka atau pun duka, dan bukan cuma pada saat sedang mood saja.


3. Bekerja Dengan Suka Cita

Karakter ketiga dari wanita di Amsal 31 adalah bahwa ia seorang yang rajin. Ayat 13 berkata, “Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya.” Tentu saja ini tidak berarti wanita-wanita jaman sekarang harus menjahit pakaian sendiri. Tapi ayat ini menunjukkan bahwa wanita ini ‘senang bekerja’ dan melayani keluarganya dengan sukacita, bukan dengan keluhan atau sungut-sungut. Bagi para wanita lajang ini berarti bekerja dengan sepenuh hati di dalam pekerjaan kita, karena pekerjaan atau profesi kita adalah juga pelayanan kita bagi Tuhan.


4. Pengorbanan

Ayat 14 mengatakan bahwa wanita ini “serupa dengan kapal-kapal saudagar, yang dari jauh mendatangkan makanannya.” Kalau di jaman sekarang, ini berarti wanita ini tidak puas kalau setiap harinya ia cuma menyiapkan junk food bagi keluarganya. Kalaupun ia tidak bisa masak (karena wanita jaman sekarang memang banyak yang tidak bisa masak), ia akan berusaha untuk belajar memasak atau membeli makanan yang sehat bagi keluarganya.

Untuk bisa seperti ini dibutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran. Jaman sekarang kita bisa dengan mudah pergi kemana-mana dengan mobil, motor, becak atau bis. Kalau di jaman dulu, wanita semacam ini mungkin harus bersusah payah berjalan kaki untuk mendapatkan makanan yang terbaik bagi keluarganya. Tapi aku yakin, wanita ini mendapatkan kepuasan emosional lewat kesempatan untuk melayani keluarganya seperti ini.


5. Manajer Keuangan Yang Baik

Amsal 31 juga mengatakan wanita ini adalah seorang manajer keuangan yang baik. “Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya” (ayat 16). Rupanya, ketika wanita ini melihat ada tanah yang bernilai baik, ia langsung membelinya untuk investasi jangka panjang. Kalau di jaman sekarang, mungkin ia seorang ahli di bidang real estate.

Walaupun begitu, motivasinya berbisnis bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Justru lewat bisnisnya ia berpikir bagaimana ia dapat menguntungkan keluarganya. Aku percaya, bisnis yang dilakukannya tidak sampai mengesampingkan keluarganya karena anak-anak dan suaminya memuji wanita ini (ayat 29): “Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.”


6. Murah Hati

Kemurahan-hatinya tidak cuma terbatas dalam keluarganya saja, tapi juga bagi para tetangga, orang-orang miskin atau mereka yang membutuhkan. ”Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin” (ayat 20). Mungkin kita dapat mengikuti contohnya dengan cara berusaha memenuhi kebutuhan fisik atau emosional orang lain lewat sumber-sumber yang telah Allah berikan pada kita.


7. Bijaksana

“Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya” (ayat 26). Jadi wanita ini tidak suka bergosip-ria atau mengeluarkan kata-kata yang menjatuhkan orang lain. Ia memahami betapa berkuasanya lidah untuk menghancurkan atau membangun orang lain.

Ibuku adalah contoh nyata dari hal ini. Ia tidak pernah bosan memberikan kata-kata hiburan yang membangun, setiap kali aku membutuhkannya.


8. Berpengaruh

Wanita ini adalah ibu yang berpengaruh. Ia “mengawasi segala perbuatan rumah tangganya”, dan “makanan kemalasan tidak dimakannya” (ayat 27). Menurutku, memberi dampak pada dunia merupakan salah satu panggilan tertinggi dalam hidup kita. Seorang ibu dapat melakukan hal ini dengan cara membesarkan anak-anaknya dengan baik. Kalau aku melakukan kilas balik, aku melihat betapa ajaran ibuku telah sangat berpengaruh dalam berbagai pengambilan keputusan yang aku lakukan.

Sebagai lajang kita pun dapat berpengaruh pada kehidupan dunia. Aku percaya Tuhan telah menempatkan orang-orang tertentu di dalam hidup kita untuk suatu tujuan tertentu. Ia ingin kita membawa dampak pada kehidupan orang-orang yang telah Ia tempatkan dalam hidup kita.


9. Takut Akan Tuhan

Di atas semuanya, wanita dalam Amsal 31 adalah seorang yang takut akan Tuhan. “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji” (ayat 30). Ia menyembah Tuhan dan mengasihiNya. Tak heran wanita ini sukses dalam perannya sebagai istri, ibu rumah tangga, tetangga yang murah hati dan guru yang berpengaruh. Bukan sesuatu yang luar biasa juga kalau ia bisa mengembangkan semua karakter yang disebut di atas. Karena semuanya itu merupakan buah dari hubungan pribadinya yang baik dengan Tuhan.** (JS)